Minggu, 31 Maret 2013

Membangun Desa Wisata

Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Membangun Desa Wisata sebagai Upaya Pengurangan Kemiskinan (oleh : Chasan Ascholani, Kabar Indonesia, 25-Mar-2010, 21:29:4
5 WIB). 

Kemiskinan senantiasa menimbulkan beragam masalah, tetapi sebenarnya banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menguranginya, seperti yang dilakukan oleh warga Dusun Nawung. Mereka mencoba mengembangkan potensi yang ada, salah satunya dengan wisata alam, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Dusun Nawung terletak di perbatasan Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul di D.I. Yogyakarta. Dusun ini terletak di perbukitan atau di bawah Gunung Wayang dengan kondisi tanah kering berbatu. Selama musim hujan, Dusun Nawung terlihat hijau penuh dengan tanaman pangan dan tegakan tanaman tahunan. Pada musim kemarau, pemandangan disirikan oleh lahan kering dan pepohonan yang meranggas dan berwarna kecoklatan. Sebuah keindahan yang lain, seperti musim gugur. 

Hampir semua warga Nawung adalah petani kecil, sekitar 140 keluarga (517 jiwa) hidup di Dusun Nawung, Desa Gayamharjo, Kec. Prambanan, Kab. Sleman. Diantara mereka, ada 62 keluarga miskin yang hidup dengan penghasilan dibawah Rp.150.000,- per bulan per orang. Pekerjaan utama mereka adalah bertani dan menambang batu putih untuk dibuat pondasi dan dinding bangunan rumah. Pekerjaan di pertanian hanya bisa dilakukan saat musim hujan, sehingga seringkali mereka hanya bisa mendapatkan satu kali panen padi. Sebagian besar hasil panen ini dikonsumsi sendiri, karena hanya dihasilkan dari lahan yang terbatas (kurang dari 1000 m2 per keluarga). 

Perubahan setelah gempa bumi 2006 Dusun ini sekarang dikenal sebagai Dusun Kerajinan. Gempa bumi yang terjadi pada Mei 2006, selain membawa musibah bagi warga, itu juga membawa berkah. Sebagai salah satu dusun yang terkena dampak gempa, mereka menerima banyak bantuan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun luar negeri. Sebagai salah satu hasilnya, banyak warga Nawung yang memiliki keterampilan untuk membuat kerajinan batu, bambu, jahit, dan aneka makanan ringan. Hal ini sedikit banyak telah merubah pola hidup mereka yang semula hanya memiliki aktifitas di sektor pertanian. 

Beberapa produk unggulan dusun Nawung sudah dikirim ke beberapa daerah. Kerajinan batu putih dalam bentuk air mancur, sarung bantal batik, emping melinjo dan emping garut telah menjadi produk utama yang sudah dibeli oleh berbagai konsumen di beberapa daerah, seperti Yogyakarta, Klaten, Bantul, dan Boyolali. Bahkan, produk air mancur batu putih sudah dikirimkan ke Australia melalui sebuah perusahaan ekspor di Yogyakarta. 

Disamping itu, warga Nawung juga sudah mulai memiliki akses yang cukup baik kepada pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa program pemerintah di dusun ini. Misalnya, Disperindagkop dan Disbudpar Kab. Sleman telah memberikan beberapa pelatihan kepada warga. Bahkan, Pemkab Sleman juga memberikan dana gotong-royong dan simpan-pinjam untuk meningkatkan kesejahteraan warga. 

Selain menekuni berbagai jenis kerajinan, warga Nawung juga mencoba menggali potensi lain yang ada, yaitu wisata alam. Di perbatasan dusun, ada sungai cantik yang terbuat dari batu putih. Bentuk batuan alami di sungai tersebut menjadi daya tarik banyak pengunjung. Apalagi, ada cerita rakyat yang terkait dengannya, yaitu cerita Kedung Nganten. 

Warga Nawung mencoba mengembangkan dusunnya menjadi salah satu desa wisata di Kabupaten Sleman. Perkenalan pertama dilakukan pada bulan Agustus 2009 dengan menyelenggarakan Merti Dusun. Kegiatan ini dihadiri sekitar 400 orang. Selanjutnya, warga juga belajar ke beberapa desa wisata lain dan pelaku pariwisata. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan banyak referensi dalam mengembangkan Desa Wisata Kedung Nganten (Dewi Kangen) di Nawung. Sebagai hasilnya, mereka mulai membuat beberapa paket wisata alternatif, dan banyak pengunjung mulai berdatangan. 

Outbond dan trekking sungai sebagai upaya promosi wisata. Dikaruniai sungai yang indah, Nawung menawarkan outbond tradisional dan trekking sungai yang berbeda dengan desa wisata lainnya. Pada tanggal 24 Maret 2010, diselenggarakan trekking sungai yang diikuti oleh sekitar 40 peserta dari beberapa lembaga dan kantor pemerintah. Sepertinya, trekking ini membawa kesan tersendiri bagi peserta, sehingga mereka merasa puas. Banyak di antara peserta yang mengatakan bahwa sungai Nawung ini berbeda dengan sungai lainnya. Keindahan batu alamnya sangat memukau. Semoga, upaya pengembangan wisata ini benar-benar bisa menjadi salah satu pendorong perekonomian di dusun Nawung. 

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) menargetkan mampu untuk membangun sedikitnya 200 desa wisata pada 2010. Pengembangan desa wisata sudah menjadi salah satu target program tahun depan dan ditargetkan sedikitnya 200 desa wisata dapat dikembangkan. 

Desa wisata dapat dimaknai sebagai suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku di suatu desa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar