Pariwisata merupakan industri dengan pertumbuhan tercepat didunia (WTO, 2000), melibatkan 657 juta kunjungan wisata di tahun 1999 dengan US $ 455 Milyar penerimaan ke seluruh dunia. Apabila kondisi tetap stabil, pada tahun 2010 jumlah kunjungan antar negara ini diperkirakan meningkat mencapai 937 juta. Resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah menyatakan bahwa pariwisata as a basic and desirable human activity deserving the praise and encouragement of all peoples and governments. Perserikatan Bangsa-bangsa telah menyetujui suatu metode pengukuran dampak ekonomi pariwisata yang disebut Tourism Satellite Account (TSA). TSA ini merupakan satu-satunya satellite account yang telah disetujui oleh PBB dari berbagai sektor ekonomi lainnya. Indonesia melalui Badan Puisat Statistik dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mulai menerapkan dan mengembangkan TSA pada tahun 2001 yang dikenal dengan istilah Neraca Satelit Pariwisata Nasional (NESPARNAS), dengan hasil secara garis besar diuraikan sebagai berikut.
Bagi Indonesia perkembangan pariwisata tersebut terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12.26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh sector pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$.
Pada tahun 2000 sektor pariwisata memberikan kontribusi sebsesar Rp. 238,6 triliun atau 9, 27% terhadap produk nasional dan kontribusi pariwisata mencapai 9,38% (Rp. 128,31 triliun) dari total PDB Indonesia sebesar Rp. 1.368 triliun (BPS 2001). Hal menarik yang patut dikemukakan adalah bahwa pencapaian sebesar itu siperoleh melalui peranan investasi kepariwisataan yang hanya mencapai 5,24% dari total investasi nasional. Sementara itu peranan dalan penyediaan lapangan kerja mencapai 7, 36 juta orang atau 8,11 % dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,8 juta orang. Demikian juga dapat diungkapkan bahwa penyediaan upah dan gaji dari sector pariwisata mencapai Rp. 40,09 triliun, 9,87% dari penyediaan upah secara nasional sebesar Rp.406 triliun. Selain itu kontribusi pajak tak langsung mencapai 8,29 % dari total pajak tak langsung sebesar Rp. 61 triliun
Sebagai gambaran, Tabel. 1 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia yang dikumpulkan oleh WTO hingga hingga bulan Juni 2002. Dari Tabel. 1 tersebut, terlihat bahwa ada penurunan kunjungan wisatawan internasional yang terjadi pada tahun 2001, terutama di: Amerika (-5,9%), Eropa (-0,6%), Timur Tengah (-3,1%)
Pertumbuhan kunjungan wisatawan akan berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian suatu daerah yang menjadi destinasi pariwisata. Agrowisata tentu saja akan memberikan kontribusi lebih luas lagi, tidak hanya pada sektor pariwisata saja namun juga memberikan kontribusi terhdap sektor pertanian, sangat berbeda dengan model pariwisata yang lainnya. Jika Agrowisata dapat dikembangkan lebih luas lagi di Indonesia (Indonesia adalah negara agraris) niscaya semakin banyak juga kontribusi agrowisata dapat dirasakan oleh masyarakat bawah “Petani”
Bagi Indonesia perkembangan pariwisata tersebut terindikasi dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 4.606.416 (rata-rata hari kunjungan 9.18 hari/ orang) di tahun 1998 meningkat menjadi 5.064.217 orang dengan jumlah hari kunjungan 12.26/orang pada tahun 2000. Besarnya devisa yang diperoleh sector pariwisata pada tahun 2000 sebesar 5.75 milyar US$.
Pada tahun 2000 sektor pariwisata memberikan kontribusi sebsesar Rp. 238,6 triliun atau 9, 27% terhadap produk nasional dan kontribusi pariwisata mencapai 9,38% (Rp. 128,31 triliun) dari total PDB Indonesia sebesar Rp. 1.368 triliun (BPS 2001). Hal menarik yang patut dikemukakan adalah bahwa pencapaian sebesar itu siperoleh melalui peranan investasi kepariwisataan yang hanya mencapai 5,24% dari total investasi nasional. Sementara itu peranan dalan penyediaan lapangan kerja mencapai 7, 36 juta orang atau 8,11 % dari total lapangan kerja nasional sebesar 89,8 juta orang. Demikian juga dapat diungkapkan bahwa penyediaan upah dan gaji dari sector pariwisata mencapai Rp. 40,09 triliun, 9,87% dari penyediaan upah secara nasional sebesar Rp.406 triliun. Selain itu kontribusi pajak tak langsung mencapai 8,29 % dari total pajak tak langsung sebesar Rp. 61 triliun
Sebagai gambaran, Tabel. 1 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia yang dikumpulkan oleh WTO hingga hingga bulan Juni 2002. Dari Tabel. 1 tersebut, terlihat bahwa ada penurunan kunjungan wisatawan internasional yang terjadi pada tahun 2001, terutama di: Amerika (-5,9%), Eropa (-0,6%), Timur Tengah (-3,1%)
Pertumbuhan kunjungan wisatawan akan berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian suatu daerah yang menjadi destinasi pariwisata. Agrowisata tentu saja akan memberikan kontribusi lebih luas lagi, tidak hanya pada sektor pariwisata saja namun juga memberikan kontribusi terhdap sektor pertanian, sangat berbeda dengan model pariwisata yang lainnya. Jika Agrowisata dapat dikembangkan lebih luas lagi di Indonesia (Indonesia adalah negara agraris) niscaya semakin banyak juga kontribusi agrowisata dapat dirasakan oleh masyarakat bawah “Petani”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar